Jumat, 17 Februari 2012

Warga Tolak MRT Layang, Dukung MRT Bawah Tanah


JAKARTA--MICOM: Sekitar 40 mobil beriringan di sepanjang Jalan Raya Fatmawati Jakarta Selatan. Sebuah spanduk bertuliskan "Kami warga dari: Sisingamaraja, P.Polim, RS. Fatmawati menyatakan MRT (Mass Rapid Transportation) Layang NO, MRT Subway Yes" ditempel di setiap badan belakang mobil. 

Setelah konvoi kurang lebih satu jam, rombongan itu pun berhenti di depan pintu kantor Wali Kota Jakarta Selatan di Jalan Prapanca Raya Jakarta. 

"Kami warga masyarakat yang memiliki tanah secara sah, ada sertifikat, kena pelebaran jalan dan stasiun MRT menyatakan menolak MRT layang. Proyek itu harus dikaji ulang, harusnya di bawah tanah (subway)," kata Ruli Daniel, koordinator demo, ketika berorasi di depan pintu kantor Walikota Jakarta Selatan, Jumat (17/2). 

Ruli menjelaskan MRT Layang dinilainya memberi banyak kerugian kepada mereka sebagai warga Jalan RS Fatmawati. Kerugian itu tidak hanya mereka rasakan, tetapi akan dirasakan buruh yang bekerja di pertokoan sepanjang Jalan RS Fatmawati Jakarta. 

"Kami harus tutup 5-10 tahun selama pembangunan. Bayangkan karyawan yang harus di-PHK, diperkirakan berpotensi meyebabkan 300 ribu KK kehilangan pendapatan," jelasnya. 

Selain itu pihaknya juga menyayangkan ketiadaan sosialisasi dari pemerintah, terutama terkait dengan pembebasan lahan. Sosialisasi yang telah mereka lewati pun, imbuhnya, tidak memberi kesempatan untuk mereka menyalurkan aspirasi. 

"Sejak November 2009 hingga hari ini, hanya ada beberapa kali rapat sosialisasi. Di sana tidak ada dialog terbuka, kayaknya kami hanya dikuliahi saja," ucapnya. 

Dengan demikian, Ruli menegaskan solusi yang diajukan oleh Korban Pembebasan Tanah Proyek MRT di Jakarta Selatan (Peduli MRT) adalah mendukung pembangunan MRT dengan konstruksi di bawah tanah (subway). Ruli menambahkan aksi akan terus mereka lakukan selama pemerintah belum bersedia mengabulkan permintaannya. 

"Kami mendukung subway atau undeground. Kalau tidak ada respons, kami akan class action. Sampai sekarang saja kami belum diterima untuk dialog terbuka," tukasnya. 

Pembangunan MRT tahap pertama sepanjang 15,2 kilometer segera dibangun dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia. Berdasarkan paparan Pemprov DKI proyek MRT dibiayai Japan International Cooperation Agency (JICA), kemudian dibangun oleh Dinas PU Pemprov DKI. 

Namun, pembebasan lahan milik warga dilakukan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Jalur MRT itu direncanakan melintasi Jalan RS Fatmawati ke Jalan Sisingamaraja. 

Akibat demo tersebut, kemacetan terjadi di Jalan Prapanca Raya samping kantor Walikota Jakarata. Mobil rombongan memarkirkan di kanan bahu jalan, sedangkan parkiran terletak di bahu kiri jalan. (NY/OL-10) 


Sumber : Media Indonesia 

1 komentar: